Recent News
-
KASUR KAPUK TERGESER OLEH SPON, PERAJIN GIGIT JARI
Singaraja (2/7) --- Dewasa ini, penjualan kasur yang merupakan kebutuhan masyarakat dari masa ke masa banyak memanfaatkan bahan dari spon atau bulu angsa. Kondisi ini berpengaruh serius terhadap minat beli masyarakat. Akibatnya produksi kasur kapuk pun berhadapan dengan persaingan ketat, malahan pengaruh usaha masyarakat karena masyarakat lebih memilih kasur spon ketimbang kapuk. Walau demikian masih terlihat beberapa warga desa Tegalinggah yang menawarkan kasur kapuk dari pintu, dengan harapan produk mereka terbeli oleh warga yang masih mencintai produk kasur kapuk.
Soal kapuk yang dihasilkan Desa Tegalinggah, nampaknya tak hanya lagi dimanfaatkan untuk menjadi bahan kasur besar yang lazim digunakan di tempat tidur. Namun dengan maraknya produknya Badcover berukuran tebal, maka perajin kapuk pun memanfaatkannya untuk mengisi barang dimaksud yang biasa orang gunakan untuk alas tidur di ruang tamu. Desa Tegalinggah yang keberadaannya identik dengan pohon kapuk, hingga sekarang masih bisa dijumpai dimana-mana dalam wilayah desa setempat. Dari 1 hektar luas lahan yang ditanami pohon kapuk, mampu berproduksi hingga 15 kwintal per hektar. Didalam memasarkan produksi kapuk, selain langsung ke konsumen dan melalui pengencer juga diolah langsung untuk memenuhi kebutuhan pembuatan kasur. Dengan potensi semacam ini, rupanya menjadi anugrah bagi masyarakat Desa Tegalinggah sekaligus mata pencaharian warga yang tak pernah usang dimakan perhelatan bisnis. Untuk perajin industri rumah tangga semacam ini dilakukan oleh 118 orang Laki-laki dan 119 orang Perempuan. (MALIASA)